Oleh: Bastanta P. Sembiring (Medan)
Mejuah-juah. Semboyan ataupun motto yang diciptakan oleh satu komunitas, ataupun dijulukkan oleh orang-orang luar, tentunya memperhatikan aspek internal dari komunitas tersebut. Sebagai contoh, julukan Bumi Turang untuk Taneh Karo ataupun pijer podi sebagai motto dari Kabupaten Karo. Mari kita merenung sejenak. Dapatkah kita katakan pijer podiadalah motto pemersatu Suku Karo sejak dahulu hingga sekarang dan juga untuk hari esok?
Coba kita perhatikan sangkep nggeluh Kalak Karo�, yakni: Merga Silima, Tegun Siempat, Tutur Siwaluh, dan Perkade-kaden Sisepuluhdua. Sangkep nggeluhini telah dimiliki setiap orang Karo ataupun yang telah dikarokan sejak dahulu.
Artinya, tidak ada orang Karo atau yang telah dikarokan yang tidak terangkul di dalam sangkep nggeluh ini. Begitu kita dilahirkan sebagai orang Karo atau dikarokan, maka kita telah berada di dalam rangkulannya.
Kita setuju dasar dari tatanan sosial Suku Karo adalahsangkep siempat ataupun tegun/ terpuk siempat; 1. Sembuyak, 2. Anak Beru, 3. Kalimbubu, dan 4. Senina.
Kita ambil satu contoh aplikasinya pada runggu(rapat) pada hajatan/ upacara adat, misalnya. Setiap orang Karo ataupun yang dikarokan akan mengalami semua posisi tersebut. Harus kuh (lengkap) sangkep nggeluh siempat ini. Jika salah satu dari keempat tiang ini tidak hadir, maka bangunan akan miring bahkan bisa runtuh. Demikian juga dalam runggu, jika salah satu tegun (kelompok) tidak ada, maka runggu menurut adat Karo tidak bisa dilangsungkan. Tidak percaya?
kita mulai saja runggu ini sebab �.
Coba perhatikan misalkan perjabun (perkawinan) secara Karo di tanah rantau. Apakah dalam runggu untuk merencanakan hajatan tersebut salah satu pihak keluarga dapat mengatakan �kita mulai sajarunggu ini sebab Anak Beru kami jauh di Taneh Karo sana�? Tentu tidak.
Pastinya, diusahakan agar setiap tegun (4 terpuk) itu hadir. Setidaknya dicarikan yang dapat mewakilinnya. Artinya, tiang harus lengkap empat. Bukan dua atau pun tiga. Harus empat!
Jadi, nyata sekali implementasi pijer podi ini pada kehidupan masyarakat Karo melalui sangkep nggeluh. Karena itu, tidaklah mengherankan jika orang Karo mengatakan: �Kam kap aku. Aku kap kam� atau dalam bahasa Indonesianya, �Aku adalah engkau dan engkau adalah aku.�
Ini sebagai gambaran betapa eratnya, kokohnya, dan indahnya persaudaraan Karo itu. Pijer podi memenuhi syarat sebagai motto hidup Suku Karo.
Namun, bagaimana jikalau keempat tiang utama yang melatari pijer podi itu kurang alias tidak lengkap? Ibarat bangunan, dia akan miring bahkan runtuh, demikian juga tatanan sosial Karo karena tidak ada lagi penopang yang kokoh menyokong sistim kekerabatan masyarakat Karo.
Ola main-main teman, sangkep siempat e harga mati. Sebelumnya - BERSAMBUNG...
Artikel ini sebelumnya telah dipublikasikan di sini
http://www.sorasirulo.com/2015/03/19/pijer-podi-2-motto-suku-karo/
إرسال تعليق