GPS menunjukkan 974 kilometer dari tempat aku berpijak saat ini ke sebuah kota nan jauh di sana, dimana kenangan masa kecilku tertinggal. Oh, tidak lagi. Ternyata sudah hilang digusur, demikian kudengar dari berita di televisi. 974 Km, kenangan akan -Berondong Tiga Delitua- masih melekat kuat. Bukan karena enaknya, tetapi murah meriah. Cocok saat budget paspasan, dimakan sambil bersendaugurau menunggu Nande Ginting selesai berbelanja.
Hari ini Kamis, kataku dalam hati. Hari yang sibuk dan ceria bagi sebagian besar masyarakat Delitua sekitarnya.
�Saatnya ku tiga,� kata Nini Tigan yang menghabiskan 101 tahun usianya di Deli hingga tutup usia tahun 2008 lalu.
Itu dulu. Hari ini kudengar tangismu dari 974 km nan jauh di sana.
974 km, ada Pajak Delitua, kata orang Karo. Pajak adalah pasar dalam bahasa Karo. Tiga juga pasar. Bedanya, tiga tidak terjadi setiap hari, seperti halnyatiga di Namorambe pada hari Senin, Penen hari Selasa, Tiga Juhar hari Rabu, Delitua hari Kamis, Sibolangit hari Jumat, Pancur Batu ataupun Talun Kenas tiganya pada hari Sabtu. Semua itu merupakan hiburan tersendiri bagiku saat sedang di Deli.
974 km, di sana ada makanan favoritku. Babi Panggang Karo (BPK) + kidu-kidu dan lomok-lomok. Bukan itu saja, ada mie babi, capcai, babi kecap dan masih banyak lagi.
berubah menjadi kota yang senyap
Biasa saat Kamis malam, aku, bapak, dan adikku jalan-jalan ke Delitua. Mengapa harus Kamis malam? Jawabnya, karena itu saat yang tepat untuk mengunjungi Delitua. Setelah sibuk seharian saat malam tiba, Delitua terlelap melepas penatnya. Maka, Delitua yang kata orang macet dan semraut itu berubah menjadi kota yang senyap.
974 km, nan jauh di sana. Kini tinggal kenangan. Muka sangar dan dingin ini ternyata tidak ada artinya. Toh, air mata ini menetes juga.
Oh, aku jadi ingat. Ada jahitan celanaku tahun lalu yang belum sempat diambil. 974 km nan jauh di sana. Padahal sudah lunas kubayar. Hmm�
Mejuah-juah.
Artikel ini sebelumnya telah dipublikasikan di SoraSirulo.com dengan link: http://www.sorasirulo.com/2015/04/02/pajak-delitua-kanangan-nan-jauh-di-mata/
Post a Comment