Buluh Awar: Kota Suci Bagi Umat Kristen Karo

Saat acara napak tilas GIKI di Buluh Awar
        Pekan Persekutuan Tingkat Sinode - Gereja Injili Karo Indonesia (PTS - GIKI) 2013 telah usai. Serangkaian kegiatan dari napak tilas penginjilan pertama kepada masyarakat Karo, seminar hiv/aids, aksi sosial, doa bersama, pemilihan pengurus untuk priode 2013-2016, KKR, perayaan HUT GIKI ke-21, sidang sinode, dlsb yang selama sepekan terus berlangsung[25-29/6/2013] sukses dilaksanakan. Selamat bekerja dan selamat melayani bagi pengurus baru yang telah terpilih.
         
           Disela-sela agenda yang padat dalam PTS GIKI 2013 yang diselenggarakan di Taneh Karo, tidak jarang saat waktu senggang, saat bercengkramah dengan peserta PTS, Pdt. Edi Suranta Ginting yang menjabat Ketua Sinode GIKI dan juga masih dipercayai untuk mengemban jabatan tersebut untuk priode 2013-2016 mengemukakan pemikirannya akan konsep dan konteks kota suci bagi beberapa kelompok agama dan aliran, semisalnya Judhismen yang menempatkan Jerusalem sebagai kota suci bagi penganut Jahudi, Vatikan bagi umat Katolik, Mekkah dan Madinah bagi umat Muslim, dlsb dan dalam pemahaman beliau, Buluh Awar juga dirasa layak diperlakukan untuk hal demikian oleh umat Kristen Karo(Gereja Karo), mengingat Buluh Awar adalah titik awal dimana injil pertama kali diperkenalkan dan menyebar ke wilayah Karo dan kepada masyarakat Suku Karo.

Awalnya saya hanya menganggap apa yang beliau kemukakan ini hanyalah sebuah kerinduan untuk mengangkat sebuah sejarah yang hampir terlupakan dan mungkin sengaja untuk dilupakan. Namun, beberapa kali beliau mengutarakan hal tersebut, dan sedikit dengan nada berat dan seperti sebuah beban yang bila saya menilainya sebagai sebuah ratapan, mengingat saat pelaksanaan Napak Tilas: Sehna Berita Si Meriah Man Kalak Karo [25/6/2013] yang diselenggarakan oleh Gereja Injili Karo Indonesia(GIKI) di Buluh Awar meninggalkan kesan yang amat mendalam(?). Setidaknya, cerita ini kembali beliau ualang saat istirahat menjelang makan malam dan setelah selesai Sidang Sinode[28/6/2013] saat beberapa peserta PTS dan beliau begadang setidaknya hingga pukul 02.00 wib, berlanjut keesokan paginya sebelum kembali ke Medan, beliau(ESG-red] kembali berpesan kepada saya untuk menyusun sebuah artikel yang membahas tentang �Buluh Awar Kota Suci Bagi Umat Kristen Karo(Gereja Karo)�, bahkan pesan singkat beliau melaluin inbox setidaknya dua kali pengiriman berisi tentang hal tersebut. Namun, hingga sekarang saya pribadi belum mendapat ide kemana(arah) dari artikel ini akan dibawa(?).
         
          Sedikit mengulang sejarah tentang Buluh Awar. Buluh Awar yang dalam sejarah kekeristenan Karo terkhususnya penginjilan ke dataran tinggi Karo merupakan sebuah titik awal. Dikatakan titik awal, karena pada 18 April 1890, H. C. Krujt dan Nicolas Pontoh yang sebelumnya bekerja di Tomohon, Minahasa(Sulawesi Utara) tiba di Belawan. 1 Juli 1890 kedua penginjil yang didatangkan oleh Deli Maskapij bekerjasama dengan Nederlandsch Zendeling Genootschap(NZG) ini akhirnya mendapat izin dan menetap di Buluh Awar dikemudian hari membuka Pos PI Pertama yang dikhususkan untuk pemberitaan injil kepada masyarakat suku Karo, dimana sebelumnya masyarakat Suku Karo terkhususnya yang berdomisili di dataran tinggi Karo belum mengenal Kristus dan masih hidup dalam kepercayaan nenek moyangnya(Pemena).

          Lokasi Buluh Awar dipilih karena posisinya yang merupakan jalur penghubung antara Dusun(Karo Jah�) dengan dataran tinggi Karo(Karo Gugung) dan merupakan tempat persinggahan bagi para pedagang yang sering disebut perlanja sira(pemikul garam) yang selalu melintasi jalur tersebut(mungkin inilah yang dimaksudkan dengan jalur lalu � lintas Cingkam Pass).

          Dari Buluh Awar, Pos PI kemudian berkembang membentuk pos-pos satelitnya, seperti:

1. Guru Injil Benyamin Wenas di desa Salabulan.
2. Guru Injil Johan Pinotoan di desa Sibolangit.
3. Guru Injil Richard Tampenawas di desa Pernengenen.
4. Guru Injil Hendrik Pesik di desa Tanjung Beringin.
5. Pdt. H.C. Krujt dan Nicolas Pontoh di desa Buluh Awar.

          Selain dalam misi penginjilan, dari pos PI Buluh Awar ini juga berkembang menghasilkan berdirinya rumah zending, sekolah menulis dan membaca, pos pelayanan kesehatan, dlsb yang tentunya dikemudian hari memberi efek positif bagi perkembangan misi injil dan perkembangan masyarakat Karo khususnya, baik dibidang keagamaan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertanian, dsb. Sehingga, muncul pertanyaan �apakah dengan demikian, Buluh Awar itu layak ditempatkan sebagai sebuah kota suci bagi umat Kristen Karo(Gereja Karo)?� Seperti apa yang dikemukakan oleh Pdt. Edi Suranta Ginting, atau �apakah kita menyadari hal tersebut?� maksud saya, bahwa efek yang dikemudian hari ditimbulkan oleh Pos PI Buluh Awar ini bagi perkembangan kekeristenan dan masyarakat Karo? Mejuah-juah TUHAN YESUS Si Masu-masu.



Post a Comment

Previous Post Next Post